Sejarah
Pada tahun 1850-an, pengelana Yahudi,
Jacob Saphir, adalah orang pertama yang menulis mengenai komunitas Yahudi di
Hindia-Belanda, setelah mengunjungi
Batavia. Di Batavia, ia telah banyak berbicara dengan seorang Yahudi lokal, yang telah memberitahunya bahwa ada sekitar 20 keluarga Yahudi di Kota itu dan beberapa di
Semarang. Kebanyakan Yahudi yang hidup di Hindia-Belanda pada
abad ke-19 adalah
Yahudi Belanda yang bekerja sebagai pedagang atau hal-hal yang berhubungan dengan Rezim Kolonial Belanda. Namun, beberapa anggota komunitas juga merupakan imigran Yahudi dari
Irak atau
Yaman. Di masa Pemerintahan Belanda di Indonesia, Agama Yahudi diakui sebagai Agama resmi.
Pada saat Perang Dunia, jumlah Yahudi di Hindia-Belanda diperkirakan sekitar 2.000 jiwa. Yahudi Indonesia diasingkan ketika
Pendudukan Jepang di Indonesia dan mereka dipaksa untuk bekerja di kamp penampungan. Setelah perang, Yahudi yang dilepas banyak menemui berbagai masalah, dan banyak yang berimigrasi ke
Amerika Serikat,
Australia atau
Israel.
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya, pada masa Pemerintahan Presiden Indonesia yang pertama
Soekarno, hak penganut Yahudi sempat disamakan dengan Agama lainnya seperti
Islam,
Kristen Protestan, dan
Kristen Katolik. Bahkan melalui surat keputusan Menteri Agraria yang dirilis pada tahun
1961 menyatakan bahwa Beliau mengakui kaum Agama Israelit (sebutan kaum Agama Yahudi pada masa itu) diakui sebagai Agama resmi di Indonesia. Tidak banyak yang mengetahui pula, bahwa peristiwa 10 November 1945 juga melahirkan seorang pejuang yang berasal dari kaum Yahudi Surabaya, yaitu Charles Mussry.
[2]Pada akhir tahun 1960-an, menurut
Kongres Yahudi Sedunia [3] populasi Yahudi di Indonesia diperkirakan ada 20 orang Yahudi asli yang tinggal di
Surabaya dan
Jakarta. Nenek moyang mereka adalah imigran Yahudi asal Yaman, Irak, Mesir, Iran, India, Inggris, Belanda, Jerman, Austria, Portugis, Spanyol dan Eropa Timur. Serta 500 orang keturunan Yahudi asal Belanda, Jerman dan El Salvador tinggal di
Manado dan
Tondano, yang mana mendapatkan jaminan atas kebebasan beribadah oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, ditandai dengan diizinkannya pendirian sebuah Sinagoga dan tugu berbentuk Menorah. Terdapat pula sejumlah kecil komunitas Yahudi ekspatriat di Bali.
Di era modern ini telah di bentuk the United Indonesian Jewish Community (UIJC). Organisasi ini sudah dibentuk sejak 2009, tapi baru diresmikan Oktober tahun lalu. UIJC ini dipimpin oleh keluarga Verbrugge. Menurut sumber dari
UIJC keturunan Yahudi di indonesia mendekati 2.000 orang. Yang sudah terdeteksi 500-an. tersebar hampir merata di seluruh Indonesia ,bahkan ada di Padang dan Aceh. Manado mempunyai potensi sampai 800 orang dan di Jakarta di perkirakan lebih dari 200 orang. Ada juga dari Lampung, Semarang, Solo, Ambon Bandung, Cirebon & Cilacap. yang menjadi anggota UIJC terdata sekitar 100 orang dewasa, tapi sekarang mulai berkembang.